Black Nazarene adalah julukan bagi patung Yesus yang sedang memikul salib. Patung setinggi tubuh manusia ini dibuat seorang tukang kayu suku Aztec di Meksiko lebih dari 400 tahun lalu. Tak seorang pun mengingat namanya. 31 Mei 1606, patung ini dibawa ke Manila oleh kelompok misionaris Augustinian. Namun, di tengah perjalanan, kapal yang mengangkut patung kayu ini terbakar hebat. Banyak korban tewas tenggelam. Ajaibnya, patung kayu ini tidak terbakar sedikit pun. Hanya saja, seluruh tubuhnya menghitam. Sejak itulah patung ini dijuluki Black Nazarene - Si Hitam dari Nazarene.
Awalnya patung ini disimpan di gereja kecil Bagumbayan. Namun, untuk menghormati Santo Nicholas de Tolentino, patung ini dipindahkan ke Gereja St. John the Baptist alias Basilika Ng Nazareno di Quiapo, Manila pada 1787. Sebelumnya tahun 1621, Paus Pius VII mengesahkan tindakan umat yang berdoa di hadapan patung tersebut dan menganggap mereka sebagai satu dari aliran kepercayaan umat Katolik, yakni kepercayaan Black Nazarene.
Sejak itu, mukjizat demi mukjizat mengiringi keberadaan patung ini. Terbukti saat terjadi gempa bumi dahsyat tahun 1645, patung ini "selamat". Ketika kebakaran hebat menimpa Quiapo pada 1791 dan 1929, lagi-lagi patung ini "terluput". Kembali gempa menggoncang tahun 1863, patung ini tetap tak jadi korban. Pula ketika bom demi bom yang dijatuhkan musuh untuk meluluhlantakkan Manila pada Perang Dunia II, herannya tak satu pun yang bisa menyentuhnya. Si Hitam ini tetap kokoh memikul salibnya. Tak heran bagi umat Katolik di Filipina, kejadian demi kejadian itu semakin meneguhkan bahwa Black Nazarene bukanlah sebuah patung kayu biasa.
Untuk memperingati pemindahan patung Black Nazarene ke lokasi terakhir di Quiapo inilah, 9 Januari ditetapkan sebagai hari festival yang diadakan di depan gereja katolik Basilika Ng Nazareno. Setiap orang yang menghadiri perarakan diimbau datang sambil melepas alas kaki sebagai lambang siap menjadi hamba yang mau menderita bagi Yesus. Di setiap festival, patung Black Nazarene didandani dengan jubah merah. Lalu diarak di atas kotak besar yang dijaga oleh sejumlah laki-laki berpakaian kuning. Kotak besar beroda ini diikat pada seutas tali sepanjang 4 km. Setiap umat yang mampu menyentuh patung atau ikut menarik tali, diyakini akan mendapatkan mukjizat dalam hidupnya. Namun sejak 1998, hanya replika patung yang diarak.
Meski begitu, umat Katolik di Manila tetap tak kehilangan semangat untuk menyentuhnya. Bahkan banyak yang melemparkan handuk atau sapu tangan mereka sambil memohon kepada petugas supaya diusapkan ke tubuh patung tersebut. Bagi mereka, usapan di handuk atau sapu tangan itu sudah melambangkan perkenanan Tuhan atas kehidupan mereka. 9 Januari 2008 adalah tahun ke-400 festival Black Nazarene. Lebih dari 80 ribu pengikut fanatik aliran kepercayaan ini menyemut di depan Basilika Ng Nazareno. Di luar halaman gereja, lebih dari 2 juta umat Katolik lainnya berkumpul. Mulut mereka komat-kamit mengucapkan doa sambil mata mereka berkaca-kaca memandang patung Black Nazarene dari jauh. Seolah-olah hendak meminta belas kasihan dan berkat bagi hidup mereka.
Ironisnya, festival ini selalu meminta korban jiwa. Tahun ini, dua orang tewas di tempat, terinjak-injak massa yang berebutan ingin menyentuh patung ini. Dilaporkan 50 orang menderita luka parah seperti patah tulang, gegar otak ringan, dan sesak napas. Tahun lalu, 2 orang juga tewas di tempat. Belum lagi tahun-tahun sebelumnya. Namun, bagi penganut fanatik aliran kepercayaan ini, kejadian itu semakin menambah sakral festival tersebut.
Kuasa Tuhan yang hidup, tidak bisa dibatasi oleh benda mati. Dan Yesus yang telah disiksa dan mati disalibkan serta bangkit dan naik kesurga, datang untuk memberikan kehidupan. Dia bisa ditemui sebagai seorang pribadi yang hidup. Sungguh suatu yang perlu ditilik kembali jika orang tebusan harus mati untuk sesuatu yang tidak jelas. Karena jika seseorang sudah di tebus, maka kehidupannya telah Allah tentukan untuk suatu maksud yang mulia.
Sumber : Bahana-magazine.com